Selama ini kita mengenal air untuk mematikan api. Sering kali melihat petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air pada area yang terbakar. Ada bahan lain yang fungsinya sama seperti air, yaitu foam. Untuk area industri penggunaan bahan ini cukup familiar. Karena digunakan sebagai proteksi dasar fire hazards. Dengan tipe busa pemadam kebakaran yang dapat menyesuaikan kebutuhan.
Sistem pemadaman busa PT Totalfire Indonesia dapat diaplikasikan beberapa sektor industri. Sebagai vendor fire fighting, kami memberikan sedikit penjelasan tentang foam ini. Agar anda memiliki gambaran saat merancang sistem fire fighting. Dengan begitu, pemadaman kebakaran dapat dilakukan secara tepat.
Contents
Awal Mula Penggunaan Busa untuk Memadamkan Api
Manfaat busa untuk meredakan api pertama kali dikenalkan oleh Rusia Alexander Loran di tahun 1902. Seorang insinyur ini berhasil membuat teknik mengatasi kebakaran dengan menyelimuti titik api. Penutupan pada area yang terbakar ini menggunakan busa. Kebetulan, saat itu Loran menjadi guru sekolah di kota Baku. Wilayah tersebut merupakan pusat industri minyak di Rusia.
Menyusul selanjutnya, Percy Julian Lavon menciptakan Aerofoam. Bahan ini berasal dari konsentrat protein kedelai. Dengan tambahan proses mekanis hingga membentuk gelembung udara yang mengalir bebas. Penemuan ini sangat populer sebagai bahan pemadam terbaru. Karena memiliki rasio ekspansi dan mudah menggunakan bahan tersebut. Hanya saja, busa protein ini lambat dalam meredakan api.
Kemudian National Foam, Inc mulai mengembangkan tipe busa pemadam kebakaran baru. Setalah melalui proses panjang, akhirnya muncul busa fluoroprotein. Material ini mengandung bahan aktif yang disebut afluorinated surfaktan. Fungsinya sangat baik untuk menangkal kontaminasi pada reaksi kimia kebakaran. Sehingga kemampuan dalam menutup area yang terbakar selangkah lebih baik.
Tak mau kalah, angkatan laut Amerika Serikat mengembangkan foam sintetis di pertengahan tahun 1960. Bahan pemadam api ini mempunyai nilai viskositas rendah. Selain itu, dapat menjalar dengan cepat. Sehingga uap dari hasil pembakaran akan berhenti.
Tipe Busa untuk Pemadam Kebakaran
Penggunaan media busa untuk menghentikan jago merah sudah lama ada. Keberadaan perangkat fire fighting ini mampu menjinakkan api yang tidak bisa dilakukan oleh air. Sangat efektif untuk menjinakkan api kelas A dan B. Sehingga bekerja dengan baik pada area yang mengandung minyak. Media ini cenderung menjadi pilihan untuk tindakan pertolongan pertama karena ringan.
Foam untuk menghentikan nyala api berasal dari proses dispersi. Material fire extinguisher ini bagian dari koloid terdispersi gas. Media dispersi bisa berupa zat padat atau cair. Sehingga terbentuklah jenis foam padat dan cair juga. Saat menjinakkan kebakaran, material ini akan menutup benda atau area yang dilahap jago merah. Hal ini akan menghalangi oksigen di udara bebas masuk dalam pusaran api. Perangkat fire fighting ini terdiri dari beberapa tipe.
Foam Tipe Kelas A
Penyempurnaan tipe kelas A dimulai pada pertengahan tahun 1980. Saat itu, material fire fighting ini digunakan untuk melenyapkan kebakaran hutan. Kemampuan dari tipe ini tidak bisa disepelekan. Karena mampu merendahkan tegangan pada permukaan air.
Sementara air tersebut berfungsi sebagai pembasahan. Sehingga terjadi proses saturasi antara bahan bakar dan air. Hasilnya akan membantu menghilangkan api. Bahkan mampu menghalau jago merah menyala lagi. Foam kelas A sangat efektif untuk memerangi kebakaran level A.
Foam Tipe Kelas B
Media pemadaman berupa buih ini memang khusus untuk kebakaran level B. Pada level B, api muncul karena cairan yang mudah tersulut api. Busa ini sengaja tidak dirancang untuk meredakan api dari material liquid. Foam pemadam kelas B terbagi menjadi dua jenis, yakni:
· Busa Sintetik
Jenis sintetik berasal dari sufraktan sintetis. Aliran media ini lebih baik dari tip A. Sehingga dapat melakukan knockdown atau pemadaman lebih cepat. Dengan begitu, bencana kebakaran segera teratasi menggunakan tioe busa pemadam kebakaran ini.
· AFFF (Aqueous Film Forming Foams)
AFFF ini banyak digunakan untuk menanggulangi munculnya jago merah. Bahan ini mengandung air dan surfaktan hidrokarbon. Oleh karena itu, sangat mudah menjalar pada permukaan cairan yang mengandung zat hidrokarbon. Ragam sufraktan yang dipakai, antara lain asam perfluooctanesulfonic (PFOS), asam perfluorooctanoic (PFOA), dan fluorotelomers.
Sedangkan busa yang mampu menahan reaksi alkohol disebut Alcohol Resistenat Aqueous Film Forming Foams (AR-AFFF). Tipe ini berubah menjadi lapisan pelindung saat disemprotkan oleh perangkat fire fighting. Sayangnya, tidak bisa digunakan untuk menanggulangi jago merah level C.
Foam Protein
Seperti namanya, media fire fighting ini memiliki kandungan protein. Jika tipe lain merupakan zat kimia, maka berbeda dengan yang satu ini. Kandungan proteinnya alami. Tak salah jika material ini mempunyai sifat biodegradable. Media pemadaman terdiri dari Alcohol Resistant Film Forming Fluoroprotein (AR-FFFP), Alcohol Resistant Fluoroprotein Foam (AR-FP), Fluoroprotein Foam (FP), Film Foaming Fluoroprotein (FFFP), dan Regular Protein Foam (P).
Saat dilakukan penyemprotan, tipe busa pemadam kebakaran alami ini menyebar secara lambat. Tapi, dapat menutupi area yang terbakar dengan baik. Karena memiliki sifat tahan lama dan tahan panas. Sifat ini juga dapat melindungi petugas pemadaman dari percikan api maupun uap panas efek dari kebakaran.
Penggunaan tipe busa pemadam kebakaran dapat menyesuaikan kondisi area kerja. Perangkat fire fighting berupa APAR biasanya ditempatkan pada ruangan resiko rendah. Sedangkan area beresiko tinggi dipasang sistem yang terkontrol. PT TotalFire menyediakan perangkat sistem pemadaman yang efektif. Rancangan yang kami buat menyesuaikan dengan kebutuhan.