Gedung dengan apa pun bentuknya selalu rawan terjadi kebakaran. Apalagi, jika gedung tersebut terbuat dari material yang mudah terbakar atau memuat bahan-bahan yang rentan sekali terbakar. Oleh karena itu, sebuah gedung wajib sekali untuk memakai sistem proteksi kebakaran gedung.
Jika hendak memasang sistem proteksi kebakaran, maka bacalah artikel ini dulu. Di sini, ada penjelasan lengkap soal sistem tersebut. Siapa tahu bisa membuat untuk mengerti bagaimana sistem tersebut bekerja, serta bagaimana harus memasangnya.
Adapun pembahasan tersebut bisa dibaca di bawah ini!
Pengertian Sistem Proteksi Kebakaran Secara Umum
Secara umum, sistem proteksi kebakaran gedung merupakan sistem yang dipakai untuk melindungi bangunan dari kebakaran. Sistem ini sendiri terdiri atas sejumlah hal, yaitu: kelengkapan, peralatan, dan sarana pada bangunan, baik yang terpasang maupun tidak. Sistem proteksi kebakaran gedung sendiri sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008.
Sistem Proteksi Kebakaran Menurut Undang-Undang
Secara definisi, pengertian sistem proteksi kebakaran gedung menurut undang-undang tak jauh beda dengan definisi secara umum. Dalam undang-undang sendiri, sistem proteksi kebakaran gedung terbagi atas dua sistem, yaitu sistem aktif dan sistem pasif.
Sistem Aktif
Menurut Health and Safety Executive yang berasal dari Inggris, sistem aktif merupakan sistem proteksi kebakaran gedung yang berfungsi untuk memadamkan dan mengendalikan kebakaran. Sistem ini biasanya terdiri atas sistem deteksi kebakaran (manual atau otomatis); pipa tegak dan slang kebakaran; sistem pemadam kebakaran berbasis air; serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia.
Alat-alat pemadam kebakaran yang termasuk bagian sistem proteksi kebakaran aktif adalah:
- Alarm
Alat yang dipakai untuk memberitahu adanya api yang muncul kepada para penghuni gedung. Adapun pemberitahuan yang diberikan biasanya berupa suara atau tanda cahaya.
- Sprinkler
Merupakan alat yang masuk ke dalam sistem pemadam kebakaran berbasis air. Alat ini biasanya diletakkan di langit-langit ruangan sebuah gedung. Adapun cara kerjanya adalah dengan menyemburkan air ke bawah bila ada objek atau benda yang mengalami kebakaran.
Ini merupakan alat yang lazim dipakai untuk melacak keberadaan api pemicu terjadinya kebakaran. Alat ini lazimnya dilengkapi oleh detektor panas yang bisa melacak terjadinya peningkatan panas di suatu ruangan.
- Pengendalian Asap
Kalau alat satu ini dipakai untuk mengurangi asap pada ruangan-ruangan tertentu, terutama yang telah terkena kebakaran. Alat ini benar-benar aktif dan berfungsi saat asap kebakaran betul-betul telah muncul di ruangan-ruangan yang ada di gedung.
- Alat Pemadam Api Ringan
Sesuai namanya, ini merupakan alat yang bisa memadamkan api dan bersifat ringan. Dalam artian, alat ini bisa ditempatkan di mana saja, serta bisa dipindahkan ke mana pun. Alat ini biasanya berisi beragam zat kimia untuk memadamkan api. Semisal CO2, foam, ataupun bubuk.
Sistem proteksi kebakaran aktif menuntut orang-orang yang ada di dalam gedung untuk mengoperasikan sistem ini secara aktif. Terutama, saat hendak memakai sistem pemadam kebakaran berbasis air dan bahan kimia. Pastikan untuk menggunakan keduanya secara betul, terutama saat kebakaran tengah terjadi.
Sistem Pasif
Sistem pasif merupakan sistem proteksi kebakaran yang semua komponennya terbentuk berdasarkan pengaturan komponen dan bahan struktur bangunan. Sistem ini biasanya sering dipakai saat sistem proteksi aktif tidak cukup berfungsi.
Menurut Health and Safety Executive, sistem pasif lazimnya terdiri atas pelapisan material tahan api di permukaan tembok ruangan, mesin, atau komponen lain pada gedung yang sekiranya rentan terbakar api.
Sistem aktif bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama. Hal itu tidak berlaku pada sistem pasif. Sistem itu hanya bisa dipakai dalam waktu 1-2 jam saja. Hal tersebut wajar lantaran fungsi utama sistem pasif adalah alternatif atau pengganti sistem aktif jika sistem aktif tidak berfungsi.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008, terdapat beberapa contoh alat yang masuk ke dalam kategori sistem pasif. Alat-alat itu adalah:
- Pintu dan jendela tahan api yang berfungsi untuk menahan terjadinya kebakaran.
- Penghalang api yang bisa dipakai untuk membentuk ruangan khusus tertutup, pemisah ruangan, atau sebagai alat proteksi yang dibuat sesuai persyaratan teknis. Alat ini diyakini punya ketahanan api selama 30 menit hingga 3 jam.
- Bahan pelapis interior yang bisa meningkatkan permukaan tembok ruangan gedung untuk menahan api.
- Partisi penghalang asap yang bisa dipakai untuk membagi ruangan menjadi beberapa ruangan lainnya. Pembagian ruangan tersebut dilakukan agar asap yang keluar dari api bisa semakin terbatas ruangan geraknya.
Persyaratan Sistem Proteksi Kebakaran
Jika suatu gedung hendak memakai sistem proteksi kebakaran gedung, maka mereka tidak boleh sembarangan melakukannya. Untuk melakukannya, perlu mengikuti sejumlah syarat yang sesuai dengan standar tertentu. Khusus di Indonesia, pemasangan sistem proteksi kebakaran gedung harus sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008.
Sistem proteksi kebakaran gedung sendiri bisa dipasang secara mandiri maupun lewat bantuan pihak lain. Jika ambil opsi yang kedua, bisa menghubungi beberapa jasa fire protection yang ada. Totalfire Indonesia adalah salah satunya.
Totalfire merupakan perusahaan spesialis fire protection yang sudah ada sejak Mei 2005. Totalfire Indonesia bisa membantumu memasang sistem proteksi kebakaran secara tepat dan sesuai dengan standar nasional dan NFPA.
Sekian pembahasan soal sistem proteksi kebakaran. Semoga bisa menambah wawasanmu soal sistem proteksi kebakaran pada suatu gedung. Kalau punya pertanyaan soal pembahasan di artikel ini, silakan beri tahu kami di kolom komentar. Sampai jumpa di artikel berikutnya!