Bencana kebakaran tidak bisa diperkirakan dan diprediksi kapan datangnya, apa yang menjadi penyebabnya dan berapa dampak kerugian yang ditimbulkan. Bangunan bertingkat memiliki resiko terjadi kebakaran dan jika bencana tersebut terjadi bisa berdampak luas.
Berdasarkan peraturan pemerintah mengenai gedung atau bangunan bertingkat wajib memiliki dan menerapkan penanggulangan dan pencegahan kebakaran, baik proteksi kebakaran aktif maupun pasif. Oleh sebab itu, penyediaan alat proteksi kebakaran gedung bertingkat merupakan kewajiban pengelola gedung yang harus terpenuhi.
Contents
Resiko Kebakaran Pada Gedung Bertingkat
Gedung bertingkat, seperti perkantoran, hotel, rumah sakit, rumah susun, apartemen merupakan salah satu bangunan jenis vertikal dengan banyak ruangan dan jumlah penghuni cukup banyak. Beragam aktivitas dilakukan di dalam gedung, contohnya rumah susun tidak hanya untuk istirahat di dalam ruangan tetapi berbagai kegiatan bersama yang melibatkan tetangga atau orang luar. Begitupun dengan gedung perkantoran dimana berbagai aktivitas pekerjaan dilakukan. Belum lagi furniture, peralatan kerja mulai dari yang elektronik, kertas-kertas, dan lainnya bisa membuat api menjalar dengan cepat.
Kasus kebakaran terutama di kota-kota besar di Indonesia masih berada di tingkat yang tinggi. Contohnya, di Jakarta, berdasarkan data yang dilansir dari tempo selama periode bulan Juni 2019 terjadi kebakaran sebanyak 755 kebakaran dengan total kerugian mencapai 13,8 milliar.
Salah satu faktor semua itu adalah karena masih banyak gedung bertingkat yang tidak memiliki standar proteksi kebakaran gedung yang memadai, terutama gedung yang umurnya sudah tua, yaitu sekitar 20-30 tahun.
Semuanya diperparah dengan semakin banyak pembangunan gedung yang tidak dilengkapi dengan system proteksi aktif maupun pasif. Minimnya fire alarm, sprinkler, hydrant di dalam dan luar gedung, jalur evakuasi atau tangga darurat, sistem pendeteksi, pencegahan dan pemadam kebakaran. Secara umum masalah kebakaran pada gedung bertingkat adalah sebagai berikut.
- Bangunannya tinggi, sehingga diperlukan proteksi mandiri.
- Pemakaian bahan, lapis penutup.
- Menggunakan berbagai jenis kualitas bangunan.
- Asap menjalar melalui saf-saf vertikal.
- Konstruksi dinding bagian luar tanpa kanopi.
- Masalah evakuasi.
- Penerapan kompartemenisasi.
- Aksesibilitas untuk eksternal fire fighting.
- Perilaku penghuni/orang-orang yang ada di dalam gedung.
Melihat kondisi tersebut maka diperlukan proteksi kebakaran gedung bertingkat agar semua penghuni merasa aman dan nyaman sehingga aktivitas dapat berjalan lancar. Sebuah gedung harus dilengkap proteksi kebakaran aktif dan pasif. Tidak bisa salah satu saja, karena keduanya saling melengkapi dan berhubungan.
Prosedur Proteksi Kebakaran Gedung/Bangunan Bertingkat
Sudah menjadi kewajiban pengelola gedung untuk mengantisipasi kebakaran di tingkat awal agar jika kebakaran terjadi dapat diminimalisasi kerugiannya dan mencegah terjadinya kebakaran tingkat tinggi.
Pengelola gedung juga harus memiliki prosedur keselamatan dan memastikan jika terjadi kebakaran dapat ditangani dengan cepat dan aman tanpa meninggalkan kerugian materi yang besar dan tidak memakan korban jiwa.
Berikut ini beberapa prosedur persiapan menghadapi kebakaran yang harus dimiliki oleh gedung bertingkat.
Penerapan Proteksi Kebakaran Aktif Dan Pasif
Proteksi kebakaran aktif dan pasif gedung bertingkat harus bisa berfungsi dengan baik jika suatu saat diperlukan. Sistem proteksi pasif bertujuan melindung bangunan dari keruntuhan, memberikan waktu evakuasi, menjamin keberlangsungan fungsi bangunan dan melindungi keselamatan para petugas pemadam kebakaran. Sedangkan proteksi aktif terdiri dari sistem pendeteksian baik secara manual maupun otomatis, sistem pemadam api berbasis air, bahan kimia, pemadam khusus, lift, pencahayaan darurat, alat pengendali asap, sistem daya listrik dan ruang pengendali operasi.
Pembentukan Regu Penyelamat Penanggulangan Kebakaran
Setiap gedung wajib membentuk tim manajemen keselamatan kebakaran gedung (MKKG). Tugasnya adalah memadamkan api, mengevakuasi penghuni di dalamnya, mengatur semua penghuni di titik kumpul dan menjalankan tugas khusus lainnya. Pada saat terjadi kebakaran masing-masing tim harus melakukan tugasnya sesuai dengan SOP dan dibantu oleh dinas kebakaran.
Menyediakan Peralatan Proteksi Kebakaran
Di setiap gedung harus tersedia fire protection untuk melindungi bangunan. Ada tiga jenis peralatan standar proteksi kebakaran, yaitu hydrant, APAR dan sprinkler yang harus dipastikan semuanya berfungsi dengan baik.
Selain ketiga poin tersebut pemilik/pengelola gedung wajib memeriksa, merawat peralatan proteksi kebakaran gedung secara sistematis dan berkala untuk memastikan apakah alat-alat tersebut masih berfungsi dengan baik.
Perusahaan Kontraktor Fire Protection di Indonesia
Untuk memenuhi kebutuhan peralatan proteksi kebakaran, Anda bisa bekerjasama dengan TotalFire Indonesia, sebuah perusahaan kontraktor fire protection yang menyediakan produk proteksi kebakaran berkualitas, membantu perencanaan, proses pemasangan, hingga layanan pemeriksaan dan perawatan.
Demikian pembahasan mengenai prosedur proteksi kebakaran khususnya untuk gedung bertingkat. Semoga dapat memberikan pengetahuan dan gambaran betapa pentingnya memperhatikan dan menyediakan proteksi kebakaran gedung. Hal ini perlu dilakukan agar pemilik atau pengelola dan orang-orang yang berada di dalamnya merasa aman, siap mengantisipasi dan bisa mengatasi bencana kebakaran yang mungkin terjadi.
