Alat proteksi pemadam kebakaran memiliki banyak pilihan dan keunggulan. Salah satunya terkait kelebihan dan kekurangan menggunakan dry pipe system. Namun sebelumnya, kita telaah terlebih dahulu penjelasan mengenai apa itu dry pipe system.
Pengertian mengenai dry pipe system harus dimulai dari alat pemadam kebakaran yang bernama fire sprinkler atau penyemprot api. Ya, ini karena dry pipe system merupakan bagian dari sistem pemadaman kebakaran berbasis fire sprinkler.
Pada umumnya, ketika kebakaran terjadi maka fire sprinkler akan segera menyemprotkan air untuk memadamkan api atau sumber panas di sekitarnya. Nah, air yang keluar dari fire sprinkler itu tersambung dengan sistem pipa dan dinamakan wet pipe sistem atau sistem pipa basah.
Dry pipe system menggunakan air sebagai media pemadam, sementara udara bertekanan atau nitrogen hanya digunakan untuk menjaga tekanan dalam pipa agar tetap kering hingga sprinkler aktif. Inilah dry pipe system atau sistem pipa kering. Disebut dry pipe karena pipa tidak terisi air secara permanen. Air baru masuk setelah sprinkler aktif. Bukan karena gas nitrogen digunakan untuk memadamkan api.
Contents
Cara Kerja Dry Pipe System
Bekerja sama persis seperti wet pipe system, yakni ketika kepala fire sprinkler mendeteksi adanya panas atau api, maka sistem secara otomatis akan membuka katup dry pipe ketika tekanan udara/nitrogen turun, lalu air dari reservoir mengalir ke dalam pipa dan keluar lewat sprinkler. Air yang akan disemprotkan setelah katup terbuka. Gas nitrogen tidak pernah menjadi media pemadam.
Jadi, hal yang membedakan cara kerja dry pipe system dengan wet pipe sistem hanya pada materi untuk mengatasi kebakaran. Jika air mulai keluar dari sprinkler setelah aktivasi, itu menandakan sistem tersebut adalah dry pipe system. Bukan gas nitrogen yang disemprotkan. Adapun ketika yang keluar untuk memadamkan api adalah air, maka fire sprinkler itu berbasis wet pipe sistem.
Pada umumnya, fire sprinkler tipe dry pipe system banyak berguna di daerah Eropa atau di negara 4 musim yang notabene beriklim dingin. Yaitu negara yang memiliki suhu sangat dingin atau temperatur hingga minus derajat. Sedangkan wet pipe sistem merupakan tipe fire sprinkler paling sering digunakan di banyak negara, baik itu yang beriklim tropis atau sub tropis, termasuk di Indonesia.
Walaupun dry pipe system di Indonesia tergolong jarang digunakan, tapi pada gedung-gedung tertentu yang rentan terhadap kebakaran Kelas C (listrik bertegangan tinggi). Dry pipe system tidak direkomendasikan untuk kebakaran Kelas C karena tetap menggunakan air. Untuk kebakaran listrik, sistem clean agent seperti CO₂ atau FM-200 lebih tepat. karena jika wet pipe sistem yang berguna, air yang bersifat menghantarkan listrik khawatirnya akan memicu kebakaran semakin sulit memadamkannya.
Adapun dry pipe system terbagi menjadi dua jenis, yakni deluge system dan pre-action system. Perbedaannya ada pada metode aktivasi. Deluge system membuka semua sprinkler secara bersamaan berdasarkan sinyal dari sistem deteksi kebakaran. Kepala sprinkler pada sistem ini selalu terbuka.
Deluge System
Deluge system yaitu letak atau posisi sprinkler yang terhubung dengan saluran pipa sistem sudah terbuka, rancangannya khusus seperti demikian untuk keadaan bahaya. Khususnya ketika api menyebar dengan begitu cepat.
Pre-Action System
Merupakan sistem proteksi kebakaran yang biasa digunakan pada tempat atau gedung berisi barang-barang yang tidak boleh terkena air. Apa saja tempat yang tidak boleh terkena air itu? Contohnya seperti data centre, ruang telekomunikasi, museum, dan sebagainya. Pre-action system adalah sistem utama di area sensitif. Air baru mengisi pipa setelah deteksi awal dan hanya keluar jika sprinkler benar-benar aktif. Artinya, saat perlindungan utama gagal atau tidak cukup menanggulangi api, maka pre-action system akan dijalankan.
Kelebihan Dry pipe system
Sebagaimana telah ada informasi sebelumnya, dry pipe system tidak cocok untuk kebakaran listrik. Untuk area tersebut, gunakan sistem berbasis gas seperti CO₂ atau inert gas. Karena sistem ini menggunakan udara/nitrogen untuk menjaga pipa tetap kering sebelum aktivasi, tetapi media pemadam tetap air, maka relatif tidak meninggalkan sisa-sisa kebakaran sebagaimana pada pemadaman menggunakan air sebagai medianya.
Dry pipe system hanya cocok untuk kebakaran Kelas A. Untuk Kelas B dan C, sistem lain seperti foam atau clean agent lebih direkomendasikan. Bukan hanya kebakaran yang bersumber dari listrik (Kebakaran Kelas C), tapi kebakaran dari benda padat non logam (Kebakaran Kelas A) atau cairan yang mudah terbakar (Kebakaran Kelas B), dry pipe system bisa lebih diandalkan dibanding wet pipe sistem.
Kelebihan lainnya dari alat ini ialah menghemat biaya secara keseluruhan. Memang, jika dihitung secara satuan, biaya pemasangan dry pipe system lebih mahal dibanding wet pipe sistem. Dry pipe system justru memerlukan sistem pendukung tambahan seperti katup kontrol khusus, kompresor udara/nitrogen, dan pengatur tekanan, sehingga lebih kompleks daripada wet pipe.
Lalu, alat yang satu ini juga memiliki kelebihan ketika digunakan pada daerah beriklim dingin. Udara atau nitrogen tidak digunakan sebagai media pemadam, tetapi hanya sebagai tekanan standby. Tidak relevan apakah membeku atau tidak karena airlah yang digunakan saat pemadaman. Berbeda jika yang menggunakan air seperti pada wet pipe sistem.
Ada kemungkinan air tersebut akan membeku karena pengaruh suhu lingkungan yang sangat dingin sehingga tidak bisa digunakan saat terjadi kebakaran. Akibat lebih jauhnya, dry pipe system lebih awet daripada wet pipe sistem ketika memasang pada daerah beriklim dingin.
Kekurangan Dry Pipe System
Dry pipe system memiliki kekurangan pada waktu respon yang lebih lambat daripada wet pipe sistem. Hal ini karena Wet pipe system selalu terisi air; dry pipe system tidak terisi air sampai sprinkler aktif. Adapun pada dry pipe system tidaklah demikian. Bukan gas, melainkan air yang akan masuk ke dalam pipa setelah tekanan udara turun dan katup terbuka. Waktu delay disebabkan karena pipa awalnya kosong.
Kekurangan lainnya, biaya pemasangan dan perawatan dry pipe system lebih rumit dan mahal. Hal ini bisa dimaklumi karena media pemadam tetap air. Nitrogen hanya digunakan sebagai tekanan pipa sebelum sistem aktif. Gas yang keberadaannya lebih sulit diperoleh dibandingkan air.
Karena itulah, Pre-action system lebih tepat untuk aset bernilai tinggi atau area sensitif seperti ruang server. Dry pipe digunakan di area rawan pembekuan. Proteksi jika terjadi kebakaran, nilai kerugiannya dapat diminimalkan. Adapun pada bangunan hunian seperti apartemen atau perumahan, dry pipe system bukan menjadi pilihan.
Itulah kelebihan dan kekurangan menggunakan dry pipe system sebagai proteksi kebakaran. Bagaimana? Apakah tertarik menggunakannya atau lebih cocok dengan tipe yang lainnya yakni wet pipe sistem?
Semuanya kembali pada kebutuhan masing-masing. Dry pipe system dapat menjadi pilihan yang efektif di daerah dengan suhu ekstrem dingin untuk mencegah pembekuan air dalam pipa.