Saat ini, kebutuhan ruang semakin tinggi namun lahannya semakin sempit. Maka dari itu, solusi dalam menghadapi kondisi tersebut adalah dengan membuat gedung bertingkat. Gedung bertingkat bukan hanya diperuntukkan pada wilayah perkotaan saja, namun juga pusat perdagangan dan bahkan hunian.

Nah, perkotaan padat seperti Jakarta memang cukup efektif membangun gedung bertingkat. Salah satunya karena gedung bertingkat bebas banjir. Akan tetapi, bagaimana dengan proteksi kebakaran gedung bertingkat? Tentu saja, standar sistem pemadam kebakaran untuk gedung bertingkat berbeda.

Salah satu proteksi kebakaran gedung bertingkat yang penting dan harus ada yaitu APAR. Syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR atau alat pemadam api ringan sudah diatur dalam Permenakertrans RI No. 4/MEN/1980, yaitu alat yang ringan dan mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada saat pertama kali terjadi kebakaran.

APAR sendiri tersedia dalam berbagai jenis untuk memadamkan berbagai kelas kebakaran. Maka dari itu, mengetahui cara menggunakan jenis APAR merupakan hal penting, terlebih bagi seorang petugas keselamatan kebakaran. Sebab jika salah menggunakan jenis APAR pada kelas kebakaran tertentu, maka pemadaman api menjadi tidak efektif bahkan bisa berbahaya.

Perbedaan Kelas Kebakaran

Kebakaran diklasifikasikan ke dalam 5 kelas sebagaimana yang tercantum dalam Permenakertrans RI No. 4/MEN/1980 dan juga PU No. 26 tahun 2008, yaitu:

  • Kelas A
    Kebakaran yang melibatkan bahan padat kecuali logam, seperti kertas, kayu, tekstil, karet, dan plastik.

  • Kelas B
    Kebakaran yang melibatkan bahan cair mudah terbakar seperti minyak, pelarut, bensin, tar, cat berbasis minyak, minyak bumi, dan sebagainya. Kebakaran kelas B juga termasuk gas yang mudah terbakar, seperti butana dan propana.

  • Kelas C
    Kebakaran yang melibatkan peralatan atau instalasi listrik bertegangan.

  • Kelas D
    Kebakaran yang melibatkan logam mudah terbakar seperti titanium, kalium, litium, natrium, magnesium, dan zirkonium.

  • Kelas K
    Kebakaran yang melibatkan media masak mudah terbakar seperti lemak dan minyak goreng.

Teknik Proteksi Kebakaran Gedung Bertingkat

Proteksi kebakaran gedung bertingkat menggunakan sistem yang dibangun dengan lebih detail dan rumit. Hal tersebut juga yang terjadi pada teknik pemadam kebakaran untuk gedung bertingkat yang berbeda. Petugas kebakaran wajib sudah terlatih dengan baik dalam melakukan teknik-tekniknya. Petugas juga harus paham dengan dinamika dasar api.

Hampir semua teknik memadamkan kebakaran di gedung bertingkat bergantung pada suplai air. Dari beberapa kejadian kebakaran, ada yang bisa dipadamkan menggunakan alat pemadam api berbentuk serbuk kering atau CO₂. Terdapat beberapa teknik memadamkan kebakaran di gedung bertingkat, yaitu:

  • Tekanan Suplai
    Didirikannya bangunan bertingkat menjadi salah satu indikasi terhadap tekanan suplai yang sangat berpengaruh pada laju aliran selang air. Biasanya, bangunan yang didirikan sebelum tahun 2006 memiliki tekanan outlet riset pasar sekitar 5 bar. Sedangkan bangunan yang didirikan setelah tahun 2006 tekanan outletnya mencapai 8 bar. Tekanan bar ini merupakan cabang yang dirancang khusus dengan aliran tinggi atau kabut tekanan rendah.

  • Ketersediaan Pasokan Air
    Dalam memadamkan kebakaran pada gedung bertingkat, harus disediakan peralatan khusus. Sistem pemadam kebakaran yang diperuntukkan bagi gedung bertingkat juga harus memperhatikan pasokan air yang terdapat di setiap lantainya. Kestabilan aliran air sangat penting ketika kebakaran terjadi.

    Masukan air yang stabil dan konsisten sangat dibutuhkan dalam serangan pemadaman berkelanjutan. Setiap cabangnya minimal terdapat aliran air 500 liter per menit untuk memadamkan satu lantai atau ruang saja. Yang membedakan antara sistem pemadaman gedung biasa dengan gedung bertingkat yaitu adanya tambahan sistem hydrant.

Teknik proteksi kebakaran gedung bertingkat yang harus diperhatikan, yaitu:

  • Pengendalian Jalur Udara
    Salah satu usaha meminimalisasi terjadinya perluasan kebakaran yaitu dengan pengendalian jalur udara. Setelah dilakukan evakuasi penghuni, maka petugas pemadam dapat menjaga kompartemen dengan cara menutup seluruh pintu yang terbuka. Semua itu dilakukan dengan menggunakan sistem alarm kebakaran gedung.

  • TIC atau Thermal Image Cameras
    TIC sangat berguna untuk pemantauan kondisi lokasi kebakaran. Dengan begitu, para pemadam kebakaran akan lebih memahami kondisi api pada gedung bertingkat.

  • PPV atau Positive Pressure Ventilation
    PPV sangat efektif mengeluarkan asap dari dalam gedung sehingga aman untuk koridor dan tangga. Penggunaan PPV harus aman dari tekanan angin dan juga seimbang agar tidak menambah risiko.

Selain teknik-teknik di atas, penting juga untuk memastikan bahwa sistem deteksi dini seperti alarm kebakaran dan jalur evakuasi di gedung bertingkat selalu terjaga dan diuji secara berkala. Pembangunan proteksi kebakaran gedung bertingkat yang dilakukan dengan baik akan mengurangi terjadinya risiko bencana kebakaran. Hal tersebut dikarenakan sesungguhnya tidak ada satu teknik pemadaman kebakaran yang cocok untuk semua jenis kebakaran yang terjadi pada gedung bertingkat.

Kesimpulan

Pemasangan proteksi kebakaran gedung bertingkat berupa alarm kebakaran akan lebih memudahkan. Nah, jika Anda ingin tahu lebih lanjut tentang proteksi kebakaran gedung bertingkat, Anda bisa menanyakan langsung pada ahlinya. Dalam hal ini, kami sangat merekomendasikan untuk mengirimkan pertanyaan konsultasi pada PT. TotalFire Indonesia. Terlebih perusahaan TotalFire Indonesia sudah berstandar internasional. Dengan demikian, pertanyaan Anda akan dijawab dengan tepat.